Apakah Diet Keto Cocok untuk Semua Orang? Ini Kata Dokter
Loves Diet – Dalam beberapa tahun terakhir, diet keto menjadi salah satu metode penurunan berat badan yang paling sering dibicarakan. Banyak orang mengunggah hasil transformasi tubuh mereka di media sosial, membuat diet rendah karbohidrat ini terlihat sangat menjanjikan. Namun, di balik popularitas itu, tidak sedikit yang bertanya-tanya apakah diet keto benar-benar cocok untuk semua orang. Dokter gizi menyebut bahwa setiap tubuh memiliki respons berbeda terhadap perubahan pola makan ekstrem. Keto memang dapat menurunkan berat badan dengan cepat, terutama bagi mereka yang sebelumnya mengonsumsi banyak karbohidrat. Namun, perubahan drastis ini juga bisa memengaruhi metabolisme, kondisi hormon, dan kesehatan organ tertentu. Karena itulah, banyak dokter menekankan pentingnya mengetahui kondisi tubuh sebelum mencobanya.
Cara Kerja Diet Keto dan Efeknya pada Tubuh
Diet keto membuat tubuh beralih dari pembakaran glukosa ke pembakaran lemak sebagai sumber energi. Proses ini menghasilkan keton yang digunakan tubuh untuk beraktivitas sepanjang hari. Perubahan ini mampu membuat seseorang merasa lebih kenyang dan menurunkan nafsu makan. Meski begitu, tubuh membutuhkan waktu untuk beradaptasi sehingga sebagian orang mengalami “keto flu”, seperti pusing, mual, dan kelelahan. Kondisi ini biasanya berlangsung beberapa hari, tetapi tidak jarang membuat pemula merasa menyerah. Dokter menegaskan bahwa efek keto sangat bergantung pada kebutuhan energi masing-masing individu. Jika pola hidup seseorang tidak sesuai dengan karakter diet keto yang ketat, risiko merasa lemas atau tidak stabil lebih besar.
“Baca Juga : Peringatan Serius FDA: Ketika Sensor Glukosa Gagal Menyelamatkan”
Siapa yang Dianggap Tepat Menjalani Diet Keto?
Para dokter menilai diet keto dapat menjadi pilihan bagi orang yang memiliki resistensi insulin, obesitas, atau sedang menjalani pengaturan gula darah di bawah pengawasan spesialis. Kelompok ini biasanya merespons baik karena tubuh mereka lebih sensitif terhadap perubahan metabolisme lemak. Selain itu, pasien dengan epilepsi tertentu juga terbukti mendapat manfaat dari diet keto melalui pengurangan frekuensi kejang. Namun, pemilihan diet tetap harus melalui konsultasi, sebab tidak semua kondisi fisik mampu menjalani perubahan energi yang ekstrem. Dengan pemantauan yang tepat, keto bisa menjadi strategi jangka pendek yang efektif. Tetapi tetap penting memahami bahwa hasil setiap orang berbeda.
Kelompok yang Tidak Disarankan Menjalani Diet Keto
Dokter memberi peringatan kepada beberapa kelompok yang sebaiknya menghindari keto. Orang dengan riwayat penyakit ginjal, gangguan hati, diabetes tipe 1, serta penderita gangguan makan sangat rentan mengalami efek samping berbahaya. Diet yang membatasi karbohidrat secara ketat dapat menambah beban kerja organ tertentu, terutama ginjal. Selain itu, ibu hamil dan menyusui juga tidak disarankan melakukan diet keto karena membutuhkan nutrisi seimbang untuk menunjang perkembangan bayi. Atlet dengan intensitas latihan tinggi pun sering kali kesulitan mempertahankan energi saat karbohidrat dibatasi. Inilah sebabnya dokter selalu menekankan evaluasi menyeluruh sebelum memulai program keto.
“Baca Juga : 5 Kebiasaan Sehat yang Diam-Diam Bisa Merusak Ginjal”
Bahaya Diet Keto Jika Dilakukan Tanpa Pengawasan
Konsumsi lemak tinggi tanpa pemahaman nutrisi yang tepat bisa menimbulkan masalah baru. Beberapa orang melaporkan gangguan kolesterol, sembelit, hingga gangguan hormonal akibat kekurangan serat dan vitamin tertentu. Jika dijalankan secara asal, keto bisa menyebabkan tubuh kekurangan elektrolit dan meningkatkan risiko dehidrasi. Lebih jauh lagi, adaptasi metabolisme dapat membuat sebagian orang mengalami perubahan mood yang signifikan. Dokter menegaskan bahwa pola makan ekstrem lebih aman bila dilakukan untuk jangka waktu terbatas. Setelah mencapai tujuan tertentu, tubuh idealnya kembali ke pola makan seimbang agar fungsi organ tetap stabil.
Kapan Saat Terbaik Menghentikan Diet Keto?
Meski beberapa orang merasakan manfaat besar dari diet keto, ada kondisi tertentu yang menandakan tubuh tidak cocok. Jika seseorang terus merasa pusing, kehilangan tenaga, atau mengalami gangguan pencernaan berkepanjangan, dokter menyarankan untuk segera menghentikan pola makan ini. Tubuh yang tertekan terlalu lama berisiko mengalami masalah metabolik di kemudian hari. Mengembalikan karbohidrat secara perlahan menjadi langkah aman agar tubuh menyesuaikan diri tanpa mengalami “rebound weight”. Pada akhirnya, diet yang baik bukan yang paling populer, tetapi yang paling sesuai dengan kondisi tubuh individu.
Pendekatan Makan Sehat yang Lebih Realistis
Banyak dokter menilai pendekatan fleksibel seperti pola makan seimbang, mindful eating, atau pengaturan kalori harian jauh lebih mudah dipertahankan dalam jangka panjang. Pola ini tidak membatasi jenis makanan secara ekstrem dan memberi ruang bagi tubuh untuk tetap sehat tanpa tekanan metabolik. Dengan transisi yang halus, kualitas hidup tetap terjaga dan hubungan dengan makanan menjadi lebih baik. Diet keto memang menawarkan hasil cepat, tetapi kesehatan jangka panjang seharusnya tetap menjadi tujuan utama. Karena itu, memahami kebutuhan tubuh sendiri adalah langkah pertama sebelum menentukan diet apa pun.

Leave a Reply